Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia

Tentang Kami

Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI), lahir untuk jadi garda depan sistem kesehatan darurat di Indonesia.

SEJARAH SINGKAT

PDEI resmi berdiri pada 3 Oktober 2003 di Jakarta, atas inisiatif sembilan organisasi profesi kedokteran: IDAI, PERDATIN, IKABI, PDPI, PAPDI, PERKI, PERDOSNI, POGI, dan PDSKJI. Mereka punya kesamaan visi: sistem kegawatdaruratan yang bukan cuma cepat, tapi terstruktur, terstandarisasi, dan terkoordinasi.


Berawal dari kesadaran kebutuhan penanganan emergensi — dari pihak rumah sakit hingga saat terjadi bencana — PDEI ingin memastikan SDM, fasilitas, protokol, dan regulasi UGD sudah siap beroperasi dengan maksimal.

Misi dan Peran Utama
1. Edukasi & Pelatihan Berkelanjutan
Sejak ada PDEI, banyak workshop dan symposium penanganan kegawatdaruratan rutin diadakan, seperti Symposium on Emergency dan Emergency Talk. Salah satunya, event tahunan bertajuk “Teknologi Terkini Penanganan Emergency dan Aspek Etik” pada 27 April 2024, yang digelar di Jakarta. Lewat acara ini, dokter dan tenaga medis terus diperbarui skill teknis dan etisnya.


2. Program Studi Spesialis Emergensi
Awalnya, doctor emergency specialist atau PPDS Emergensi baru ada di FK Unibraw sejak 2003. Namun hingga Juli 2022, baru 69 dokter spesialis emergensi tersebar di seluruh Indonesia. Padahal rasio ideal adalah 1 dokter emergensi per 100.000 penduduk. PDEI aktif mendorong universitas membuka prodi tersebut, demi menutup kesenjangan.


3. Advokasi Kebijakan dan Kesiapsiagaan Nasional
Waktu pandemi COVID-19 melanda, PDEI turut mendesak pemerintah untuk tingkatkan surveilans epidemi berbasis data, mendirikan pusat uji PCR, serta menjaga keselamatan tenaga medis dengan APD lengkap. Mereka juga bersuara soal kesiapan publik—terminologi seperti “cooperative, prevent”, serta rekomendasi “lockdown” bila diperlukan .

Dampak Nyata di Dunia Kesehatan
Standarisasi Pelayanan IGD: Dengan PDEI, kini banyak IGD menerapkan protokol “Golden Hour” dan USG diagnostik cepat di IGD tanpa harus ke Radiologi — mempercepat diagnosis untuk kondisi kritis seperti stroke atau trauma.


Siaga bencana dan event: PDEI aktif di ajang besar seperti Asian Games 2016, PON Papua, hingga MotoGP Mandalika, memastikan layanan emergensi dan tim medis siap siaga.

Peningkatan kapasitas SDM kesehatan: PDEI turut membantu publik dan dokter awam mendapatkan edukasi dasar emergensi lewat platform online. Juga, program hospital-based specialist training yang diluncurkan Mei 2024 makin ngebut cetak dokter spesialis .

Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski progres sudah mulai terasa, tantangannya berat: baru 69 spesialis emergensi untuk 270 juta penduduk menurut data Juli 2022. Padahal idealnya jumlah ini bisa ditingkatkan terus lewat dukungan rumah sakit pendidikan dan kolaborasi lintas fakultas kedokteran, sebagaimana dorongan kebijakan Kemenkes sejak tahun 2024 guna percepatan cetak spesialis hingga nurunin ketimpangan dokter.