Saat kita sibuk rebahan di rumah, ada sekelompok dokter yang tetap terjaga 24 jam. Mereka adalah dokter emergensi — dan PDEI adalah rumahnya.
Kalau kamu belum familiar, PDEI alias Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia adalah organisasi profesional yang menaungi para dokter yang menangani kondisi paling kritis dan tak terduga di dunia medis.
Di balik sirene ambulans dan lampu darurat rumah sakit, mereka adalah pahlawan yang bekerja cepat dalam situasi emergensi. Jadi jangan heran kalau PDEI disebut-sebut sebagai organisasi dokter tersibuk di Indonesia!
Selalu Siap Tangani Emergensi — Siang Malam, Bencana, atau Pandemi
Salah satu alasan kenapa PDEI disebut organisasi dokter tersibuk adalah karena dokter emergensi tidak pernah benar-benar “libur”. Mereka harus siap kapan saja: tengah malam, akhir pekan, bahkan saat bencana besar terjadi.
Menurut laporan dari WHO, hampir 90% negara berkembang termasuk Indonesia, mengalami lonjakan kasus emergensi medis dari waktu ke waktu — baik karena kecelakaan, bencana alam, maupun penyakit akut. Dokter emergensi adalah ujung tombak yang menghadapi semua itu secara langsung.
PDEI memainkan peran penting dalam mengatur dan menjaga kesiapan para anggotanya. Mereka menyusun panduan praktik terbaik, menggelar pelatihan berkala, hingga terjun langsung dalam koordinasi penanganan krisis di lapangan.
Contoh paling nyata? Saat pandemi COVID-19 merebak, banyak dokter emergensi anggota PDEI yang langsung turun ke garda depan, menangani pasien di IGD dengan risiko tinggi, dan tetap menjalankan tugasnya meski dalam tekanan besar.
Nggak cuma itu, dalam penanganan bencana seperti gempa bumi atau banjir bandang, PDEI juga aktif mengirim tim medis darurat ke lokasi terdampak — menunjukkan bahwa kerja mereka jauh melampaui tembok rumah sakit.
Dari Rumah Sakit ke Ruang Edukasi, Aktivitas PDEI Nggak Ada Habisnya
Kesibukan PDEI bukan cuma di lapangan. Mereka juga aktif banget di bidang edukasi masyarakat dan pengembangan ilmu emergensi. Lewat berbagai seminar, pelatihan pertolongan pertama, hingga simulasi bencana, mereka berkontribusi langsung membentuk masyarakat yang lebih siap menghadapi situasi darurat.
PDEI juga bekerja sama dengan institusi pendidikan kedokteran untuk memastikan generasi baru dokter punya kompetensi emergensi yang memadai. Karena jujur saja, tidak semua dokter dilatih untuk ambil keputusan dalam waktu 60 detik saat pasien kritis datang. Di sinilah peran PDEI jadi sangat penting.
Dan satu hal lagi: hampir setiap bulan, PDEI mengadakan kegiatan ilmiah, pelatihan trauma, manajemen bencana, atau kursus emergensi lainnya. Ini membuktikan bahwa kesibukan mereka bukan hanya karena tuntutan kerja, tapi karena semangat berbagi dan terus belajar.
Kalau kamu mencari organisasi dokter yang benar-benar sibuk — siang dan malam, di rumah sakit dan di lapangan — PDEI adalah jawabannya.
Sebagai pusat dari seluruh dokter emergensi di Indonesia, mereka adalah penjaga awal sistem kesehatan kita saat krisis datang.
Dengan kerja keras di balik layar dan di tengah medan, PDEI memang pantas disebut organisasi dokter tersibuk yang tak pernah lengah menghadapi situasi emergensi. (*)